- Back to Home »
- neolitikum; sebuah revolusi kebudayaan
Posted by : Unknown
Kamis, 13 Maret 2014
Kata
pengantar
Kurikulum 2013 dirancang untuk
memperkuat kompetensi peserta didik dari sisi pengetahuan, keterampilan, dan
sikap secara utuh. Keutuhan tersebut menjadi dasar perumusan kompetensi dasar tiap mata
pelajaran, sehingga kompetensi dasar
tiap mata pelajaran mencakup kompetensi dasar kelompok sikap, kompetensi
dasar kelompok pengetahuan, dan kompetensi
dasar kelompok ketrampilan. Semua mata pelajaran dirancang mengikuti rumusan
tersebut.
Pembelajaran sejarah Indonesia untuk
kelas X jenjang pendidikan menengah yang disajikan dalam karya tulis ini juga
sangat berguna nantinya. Sejarah Indonesia bukan berisi materi pembelajaran yang di rancang hanya
untuk mengasah kompetensi pengetahuan secara didik. Sejarah Indonesia adalah
materi yang membekali peserta didik dengan pengetahuan tentang dimensi ruang-waktu perjalan sejarah
Indonesia, keterampilan dalam menyajikan pengetahuan yang dikusainya secara konkret
dan abstrak, serta sikap menghargai jasa para pahlawan yang telah meletakan
pondasi bangunan Negara Indonesia beserta segala bentuk warisan sejarah, baik
benda maupun takbenda. Sehingga terbentuk pola pikir peserta didik yang sadar
sejarah.
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sejarah
Indonesia adalah mata pelajaran yang membekali peserta didik dengan pengetahuan
tentang dimensi ruang-waktu perjalanan sejarah Indonesia, keterampilan dalam
menyajikan pengetahuan yang dikuasainya secara konkret dan abstrak, serta sikap
menghargai jasa para pahlawan yang telah meletakan pondasi bangunan Negara
Indonesia beserta segala bentuk warisan sejarah, baik benda maupun
takbenda.sejarah Indonesia pada konsepnya mempelajari tentang masa lalu atau
biasa di sebut sejarah.untuk mempelajari dengan sangat musuh saya akan membuat
makalah dengan berjudul “neolitikum;
sebuah revolusi kebudayaan”.
B.Rumusan Masalah
1.apa
pengertian dari neolithikum?
2. apa ciri
ciri neolithikum?
3.apa yang
dimaksud tentang sebuah revolusi?
C.Tujuan
1.Menjelaskan
tentang masa neolithikum
2.menjelaskan
tentang sebuah revolusi
3.menjelaskan
tentang cirri zaman neolitikum
ISI
Sebelum saya membahas tentang sebuah revolusi kubudayaan,
saya akan menulis penjelasan tentang neolithikum, simak berikut ini :
Ada
dikatakan bahwa neolithikum itu adalah suatu revolusi yang sangat besar dalam
peradaban manusia. Perubahan besar ini ditandai dengan berubahnya peradaban
penghidupan food-gathering menjadi foodproducing. Pada saat orang sudah
mengenal bercocok tanam dan berternak. Pertanian yang mereka selenggarakan
mula-mula bersifat primitif dan hanya dilakukan di tanah-tanah kering saja. Pohon-pohon
dari beberapa bagian hutan di kelupak kulitnya dan kemudian dibakar.
Tanah-tanah yang baru dibuka untuk pertanian semacam itu untuk beberapa kali
berturut-turut ditanami dan sesudah itu ditinggalkan.
Orang-orang Indonesia zaman neolithikum membentuk masyarakat-masyarakat dengan pondok-pondok mereka berbentuk persegi siku-siku dan didirikan atas tiang-tiang kayu, dinding-dindingnya diberi hiasan dekoratif yang indah-indah, Walaupun alat-alat mereka masih dibuat daripada batu, tetapi alat-alat itu dibuat dengan halus, bahkan juga sudah dipoles pada kedua belah mukanya.
A. CARA HIDUP
Cara hidup zaman neolithikum membawa perubahan-perubahan besar, karena pada zaman itu manusia mulai hidup berkelompok kemudian menetap dan tinggal bersama dalam kampung. Berarti pembentukan suatu masyarakat yang memerlukan segala peraturan kerja sama. Pembagian kerja memungkinkan perkembangan berbagai macam dan cara penghidupan di dalam ikatan kerjasama itu. Dapat dikatakan pada zaman neolithikum itu terdapat dasar-dasar pertama untuk penghidupan manusia sebagai manusia, sebagaimana kita dapatkan sekarang.
Orang-orang Indonesia zaman neolithikum membentuk masyarakat-masyarakat dengan pondok-pondok mereka berbentuk persegi siku-siku dan didirikan atas tiang-tiang kayu, dinding-dindingnya diberi hiasan dekoratif yang indah-indah, Walaupun alat-alat mereka masih dibuat daripada batu, tetapi alat-alat itu dibuat dengan halus, bahkan juga sudah dipoles pada kedua belah mukanya.
A. CARA HIDUP
Cara hidup zaman neolithikum membawa perubahan-perubahan besar, karena pada zaman itu manusia mulai hidup berkelompok kemudian menetap dan tinggal bersama dalam kampung. Berarti pembentukan suatu masyarakat yang memerlukan segala peraturan kerja sama. Pembagian kerja memungkinkan perkembangan berbagai macam dan cara penghidupan di dalam ikatan kerjasama itu. Dapat dikatakan pada zaman neolithikum itu terdapat dasar-dasar pertama untuk penghidupan manusia sebagai manusia, sebagaimana kita dapatkan sekarang.
B. ALAT-ALAT
ZAMAN NEOLITHIKUM
Pada zaman neolithikum ini alat-alat terbuat dari batu yang sudah dihaluskan.
Pada zaman neolithikum ini alat-alat terbuat dari batu yang sudah dihaluskan.
1. Pahat
Segi Panjang
Daerah asal kebudayaan pahat segi panjang ini meliputi Tiongkok Tengah dan Selatan, daerah Hindia Belakang sampai ke daerah sungai gangga di India, selanjutnya sebagian besar dari Indonesia, kepulauan Philipina, Formosa, kepulauan Kuril dan Jepang.
Daerah asal kebudayaan pahat segi panjang ini meliputi Tiongkok Tengah dan Selatan, daerah Hindia Belakang sampai ke daerah sungai gangga di India, selanjutnya sebagian besar dari Indonesia, kepulauan Philipina, Formosa, kepulauan Kuril dan Jepang.
2. Kapak
Persegi
Asal-usul
penyebaran kapak persegi melalui suatu migrasi bangsa Asia ke Indonesia. Nama
kapak persegi diberikan oleh Van Heine Heldern atas dasar penampang lintangnya
yang berbentuk persegi panjang atau trapesium. Penampang kapak persegi tersedia
dalam berbagai ukuran, ada yang besar dan kecil. Yang ukuran besar lazim
disebut dengan beliung dan fungsinya sebagai cangkul/pacul. Sedangkan yang
ukuran kecil disebut dengan Tarah/Tatah dan fungsinya sebagai alat pahat/alat
untuk mengerjakan kayu sebagaimana lazimnya pahat.
Bahan untuk membuat kapak tersebut selain dari batu biasa, juga dibuat dari batu api/chalcedon. Kemungkinan besar kapak yang terbuat dari calsedon hanya dipergunakan sebagai alat upacara keagamaan, azimat atau tanda kebesaran. Kapak jenis ini ditemukan di daerahi Sumatera, Jawa, bali, Nusatenggara, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan.
Bahan untuk membuat kapak tersebut selain dari batu biasa, juga dibuat dari batu api/chalcedon. Kemungkinan besar kapak yang terbuat dari calsedon hanya dipergunakan sebagai alat upacara keagamaan, azimat atau tanda kebesaran. Kapak jenis ini ditemukan di daerahi Sumatera, Jawa, bali, Nusatenggara, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan.
3. Kapak
Lonjong
Sebagian
besar kapak lonjong dibuat dari batu kali, dan warnanya kehitam-hitaman. Bentuk
keseluruhan dari kapak tersebut adalah bulat telur dengan ujungnya yang lancip
menjadi tempat tangkainya, sedangkan ujung lainnya diasah hingga tajam. Untuk
itu bentuk keseluruhan permukaan kapak lonjong sudah diasah halus.
Ukuran yang dimiliki kapak lonjong yang besar lazim disebut dengan Walzenbeil dan yang kecil disebut dengan Kleinbeil, sedangkan fungsi kapak lonjong sama dengan kapak persegi. Daerah penyebaran kapak lonjong adalah Minahasa, Gerong, Seram, Leti, Tanimbar dan Irian. Dari Irian kapak lonjong tersebar meluas sampai di Kepulauan Melanesia, sehingga para arkeolog menyebutkan istilah lain dari kapak lonjong dengan sebutan Neolithikum Papua.
Ukuran yang dimiliki kapak lonjong yang besar lazim disebut dengan Walzenbeil dan yang kecil disebut dengan Kleinbeil, sedangkan fungsi kapak lonjong sama dengan kapak persegi. Daerah penyebaran kapak lonjong adalah Minahasa, Gerong, Seram, Leti, Tanimbar dan Irian. Dari Irian kapak lonjong tersebar meluas sampai di Kepulauan Melanesia, sehingga para arkeolog menyebutkan istilah lain dari kapak lonjong dengan sebutan Neolithikum Papua.
4. Kapak
Bahu
Kapak jenis ini hampir sama seperti kapak persegi, hanya saja di bagian yang diikatkan pada tangkainya diberi leher. Sehingga menyerupai bentuk botol yang persegi. Daerah kebudayaan kapak bahu ini meluas dari Jepang, Formosa, Filipina terus ke barat sampai sungai Gangga. Tetapi anehnya batas selatannya adalah bagian tengah Malaysia Barat. Dengan kata lain di sebelah Selatan batas ini tidak ditemukan kapak bahu, jadi neolithikum Indonesia tidak mengenalnya, meskipun juga ada beberapa buah ditemukan yaitu di Minahasa.
Kapak jenis ini hampir sama seperti kapak persegi, hanya saja di bagian yang diikatkan pada tangkainya diberi leher. Sehingga menyerupai bentuk botol yang persegi. Daerah kebudayaan kapak bahu ini meluas dari Jepang, Formosa, Filipina terus ke barat sampai sungai Gangga. Tetapi anehnya batas selatannya adalah bagian tengah Malaysia Barat. Dengan kata lain di sebelah Selatan batas ini tidak ditemukan kapak bahu, jadi neolithikum Indonesia tidak mengenalnya, meskipun juga ada beberapa buah ditemukan yaitu di Minahasa.
5. Perhiasan
(gelang dan kalung dari batu indah)
Jenis perhiasan ini banyak di temukan di wilayah jawa terutama gelang-gelang dari batu indah dalam jumlah besar walaupun banyak juga yang belum selesai pembuatannya. Bahan utama untuk membuat benda ini di bor dengan gurdi kayu dan sebagai alat abrasi (pengikis) menggunakan pasir. Selain gelang ditemukan juga alat-alat perhisasan lainnya seperti kalung yang dibuat dari batu indah pula. Untuk kalung ini dipergunakan juga batu-batu yang dicat atau batu-batu akik.
Jenis perhiasan ini banyak di temukan di wilayah jawa terutama gelang-gelang dari batu indah dalam jumlah besar walaupun banyak juga yang belum selesai pembuatannya. Bahan utama untuk membuat benda ini di bor dengan gurdi kayu dan sebagai alat abrasi (pengikis) menggunakan pasir. Selain gelang ditemukan juga alat-alat perhisasan lainnya seperti kalung yang dibuat dari batu indah pula. Untuk kalung ini dipergunakan juga batu-batu yang dicat atau batu-batu akik.
6. Pakaian dari kulit kayu
Pada zaman ini mereka telah dapat membuat pakaiannya dari kulit kayu yang sederhana yang telah di perhalus. Pekerjaan membuat pakaian ini merupakan pekerjaan kaum perempuan. Pekerjaan tersebut disertai pula berbagai larangan atau pantangan yang harus di taati. Sebagai contoh di Kalimantan dan Sulawesi Selatan dan beberapa tempat lainnya ditemukan alat pemukul kulit kayu. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang zaman neolithikum sudah berpakaian.
|
KESIMPULAN
Dari isi yang saya tuliskan kita
bisa menarik kesimpulan zaman neolitikum yaitu zaman batu baru dengan cirri
cirri zaman seperti berikut :
Hidup menetap
(Sedenter), dan memiliki tempat tinggal bukan di gua
Hidup dari bercocok tanam
Alat-alat yang dipakai berasal dari batu yang sudah dihaluskan dan sempurna
Hasil kebudayaannya adalah:
a. Kapak persegi
b. Kapak Lonjong
c. Kapak Bahu
d.Tembikar tenun dan batik
Pertanian menetap
Peternakan juga.
Masa beternak dan bercocok tanam awal
Kepercaaan: muncul animisme dan dinamisme
Hidup dari bercocok tanam
Alat-alat yang dipakai berasal dari batu yang sudah dihaluskan dan sempurna
Hasil kebudayaannya adalah:
a. Kapak persegi
b. Kapak Lonjong
c. Kapak Bahu
d.Tembikar tenun dan batik
Pertanian menetap
Peternakan juga.
Masa beternak dan bercocok tanam awal
Kepercaaan: muncul animisme dan dinamisme
PENUTUPAN
Demikian yang dapat kami paparkan
mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubunganya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi
penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
Daftar
pustaka
>. Buku paket sejarah Indonesia kelas X